`

Trending Topic

Eco racing adalah varian baru yang didesign khusus untuk meningkatkan RON ( Research Octane Number) Bahan Bakar Minyak. Eco racing digunakan sebagai Aditif khusus premium, pertal ...

Read more »

 Berikut saya share mengenai video tutorial penggunaan Aplikasi Sistem Informasi PNBP Online (SIMPONI) yang saya peroleh dari webnya DJA. Semoga bermanfaat... ******** Jakarta – Seiring d ...

Read more »

Berikut saya sahre kalender Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2015 yang dipublsih di website DJA, Kemenkeu RI. Semoga bermanfaat ;) Bagi yang berminat mengunduh file  Peraturan Menteri Keuangan ...

Read more »

Mungkin saja Anda belum kenal dengan software yang satu ini. Ya, Clover adalah suatu software yang dapat merubah tampilan Windows Explorer layaknya Google Chrome. Dengan tampilan seperti google ch ...

Read more »

Barangkali Anda sudah tidak asing dengan istilah Cloud Storage. Ya, kini di internet banyak bertebaran dan seolah-olah berlomba-lomba untuk menyediakan sebuah fasilitas penyimpanan secara online. Ki ...

Read more »

CCleaner adalah salah satu program yang dapat membantu Anda dalam membersihkan registry, chace, maupun history di komputer/laptop Anda dengan aman, sehingga memungkina kinerja Windows Anda dapat ber ...

Read more »

Pada tanggal 30 September 2014 telah dilakukan sosialisasi Pagu Alokasi Anggaran Kementerian Negara/Lembaga Tahun Anggaran 2015 di Gedung Dhanapala, Kemnterian Keuangan RI, Jakarta.  Dalam ...

Read more »

Sih Kahono, Peneliti Puslit. Biologi-LIPI Jakarta - Berbaju batik cokelat merah, peneliti dari LIPI itu terlihat bersemangat menjelaskan tentang lebah kepada salah satu pengunjung yang hadir di ...

Read more »
Latest Post

Sukses Sejati

Diposting oleh: Runa Inawan pada 09 November 2004 | 11/09/2004 10:55:00 AM

Semua orang ingin hidup sukses. Anda pasti setuju, dan pasti juga menginginkannya. Rasanya ganjil jika ada orang yang mengaku tak mau mencapai sukses. Omong-omong apakah sukses itu? Sering kita mendengar orang menyebut bahwa seseorang sukses karena hidup berkecukupan. Misal, ia mempunyai rumah yang bagus, ada mobil di garasinya, dan tak hanya satu, anak-anaknya pergi ke sekolah yang terbaik dan seterusnya.

Pokoknya orang sukses berarti memiliki semua yang diimpikan banyak orang-orang. Betulkah begitu? Sebab sering pula kita mengetahui mereka dan keluarganya yang telah mencapai kehidupan seperti itu ternyata tidak bahagia.

Anda tentu bisa menyebut contohnya. Koran, radio, dan televisi kerap menjadikan ironi kehidupan mereka sebagai berita hangat yang dikemas menarik sebagai gosip. Maklum saja karena yang dianggap sukses lalu biasanya menjadi terkenal dan terpandang ternyata dalam kehidupan tak bahagia.

Situasi itu dapat terjadi lantaran mereka begitu sibuk dan tersita waktunya untuk mengejar sukses materi sehingga kurang waktu untuk hubungan maupun komunikasi sosial. Atau, harta yang telah dimiliki dan ketenaran membuatnya lupa diri. Betulkah yang begitu adalah hidup sukses?

Saya menganggap ihwal tersebut karena ingin membagikan dalil sukses yang saya dapat dari seorang teman. Menurut dia, sukses = A X B X C X D.

Saya sempat tertegun ketika pertama kali dia memperkenalkan rumus ini. Saya pikir teman ini kok serius banget. Mentang-mentang orang teknik, segala hal ada rumus matematikanya. Tetapi rupanya menarik untuk disimak. ''Rumus ini memang perkalian bukan penjumlahan, karena dalam perkalian salah satunya saja tak ada atau nol, maka nol pula hasilnya alias bukan sukses,'' tuturnya.

A adalah alat atau tunggangan kita menuju sukses. Maksudnya, dunia kecil yang Anda masuki dan dalami. Sebutlah bidang bisnis Anda, baik bisnis milik sendiri, boleh juga bisnis orang lain di mana Anda turut terlibat sekadar menjadi karyawan.

B, katanya, adalah bekerja. Betul juga, mana ada sukses tercapai tanpa kerja. Apa yang bisa kita dapat kalau cuma berdiam diri saja. Apalagi bagi kita yang orang biasa sudah tentu harus bersaing untuk mendapat kualitas kehidupan yang baik. Sedikit sekali di dunia ini orang beruntung yang sejak lahir sudah bergelimang harta warisan. Tetapi, sebanyak apapun yang dimilikinya tentu mulanya adalah hasil kerja keras orang tuanya.

C adalah cita-cita. Benar, teman tadi menyebut cita-cita sebagai salah satu faktor penting untuk sukses. Cita-cita juga berarti mimpi. Untuk apa Anda giat bekerja setiap hari? Anda bisa mempunyai sederet jawaban. Paling sederhana tentu untuk memperoleh peghasilan untuk menghidupi keluarga.

Namun mimpi Anda pasti tak sampai di situ. Mungkin Anda mengincar promosi pada suatu waktu tertentu. Mungkin juga Anda ingin pekerjaan Anda bisa membawa manfaat orang banyak, atau Anda bekerja demi masa depan anak-anak agar punya kesempatan yang jauh lebih hebat dari bapak-ibunya.

Cita-cita, keinginan, dan mimpi itu gratis. Anda boleh bercita-cita apa saja dan tak akan ada yang bisa mencurinya. Namun mimpi yang disarankan adalah yang tak muluk-muluk sehingga sulit dicapai. Sebaiknya mimpi Anda konkrit dan dapat diilustrasikan. Misalnya, dalam tempo tiga tahun membeli rumah yang lebih besar dan wah, mobil model tertentu bahkan naik haji di tahun depan.

''Ini serius,'' kata teman tadi ketika menjabarkan tentang perlunya cita-cita dan mimpi. Dia benar karena memang benda apapun yang terjadi di depan kita awalnya tercipta dari mimpi. Apa jadinya kalau Bell tak bermimpi dapat bicara dengan orang yang berada jauh dari lokasi dia.

Lalu apakah D? Nah! Ini yang menarik dan klop dengan masa-masa kita yang sedang banyak mengisi waktu dengan ibadah mumpung sedang puasa Ramadhan. Yang dimaksud D ternyata doa. Kita jelas setuju dengan itu. Kita sama-sama paham bahwa sehebat-hebatnya perusahaan tempat kita bekerja dan sekeras apapun kita bekerja, mimpi yang sebesar apa juga tak akan menjadi nyata bila Yang Maha Kuasa belum mengabulkan. Karena sebaiknya memang untuk menuju sukses kita melibatkan Tuhan. Bentuknya berupa doa dan ibadah yang lain.

Jangan sampai sukses kita menjadi nihil karena kita tak melengkapi doa seperti rumus sukses tadi. Kalau kata ahli gizi dan kesehatan bagaimana Anda adalah apa yang dimakan, dan kata orang bijak Anda adalah apa yang dibaca, maka di sini kita mungkin bisa katakan apa yang capai adalah bagaimana upaya dan doa Anda sendiri.

Sukses bisnis Anda adalah buah kerja Anda mewujudkan mimpi dan doa Anda. Dan, itulah sukses yang sejati.
Penulis : Mien R. Uno; anggota Badan Pertimbangan Pendidikan Indonesia

Deptan Tiru 'Pola Bali' Atasi Hama dan Jamur

Diposting oleh: Runa Inawan pada 25 October 2004 | 10/25/2004 09:38:00 AM

Keberhasilan Bali dalam menangani hama penyakit "ralstonia solanacearum" dan jamur "fusarium oxysporum" yang menyerang pada tanaman pisang, akan ditiru untuk mengatasi penyakit layu pada tanaman pisang secara nasional.
Tim dari Direktorat Perlindungan Tanaman Hortikultura Departemen Pertanian sudah beberapa kali menjajaki hal itu ke Bali, meskipun belum ada kepastian, kapan "pola Bali" itu diterapkan secara menyeluruh di Indonesia, kata Kasubdin Bina Produksi Hortikultura Dinas Pertanian Propinsi Bali, Ir I Gusti Bagus Narayana di Denpasar, Selasa.
Ia mengatakan, Departemen Pertanian selain meniru pola penanggulangan penyakit pada tanaman pisang, juga akan meniru pembuatan bibit pisang yang tahan terhadap penyakit bakteri "ralstonia solanacearum" dan jamur "fusarium oxysporum". Sejumlah kelompok petani yang berasal dari delapan kabupaten dan satu kota di Bali, telah dilatih untuk membuat biibit pisang yang tahan terhadap hama penyakit, berasal dari jenis pisang unggul yang tumbuh di Bali.
Narayana menambahkan, "Pola Bali" dalam mengatasi penyakit layu pada tanaman pisang serta memproduksi bibit pisang tahan terhadap hama penyakit, merupakan hasil penemuan dari penelitian yang dilakukan Prof Dr Ir Dewa Ngurah Suprapta, Kepala Laboratorium Biopestisida Fakultas Pertanian Universitas Udayana.
Penelitian tersebut dilakukan bekerja sama dengan Dinas Pertanian Bali selama lima tahun -periode 1996-2001--, dengan mendeteksi penyakit pisang menggunakan media selektif yang akhirnya menemukan bibit pisang bebas hama penyakit. Penelitian yang dilakukan cukup lama itu, menemukan bibit pisang yang berasal dari aneka jenis pisang unggul di Bali.
Tahun 2002, tahap pertama dilakukan pengadaan bibit pisang tahan hama penyakit sebanyak 35.000 rumpun.
Pengadaan tersebut terus diperbanyak tahun-tahun berikut dan kini petani setempat yang dilatih sudah bisa membuat bibit pisang tahan terhadap hama penyakit.
Dinas Pertanian Propinsi Bali juga membuat proyek percontohan pengembangan pisang bebas terhadap hama penyakit di delapan kabupaten dan satu kota di Bali, dengan harapan dapat ditiru oleh masyarakat setempat.
Bali lebih mengintensifkan pengembangan pisang lokal yang tahan terhadap hama penyakit, dengan harapan mampu mengantisipasi kebutuhan masyarakat maupun wisatawan mancanegara akan pisang yang jumlahnya semakin meningkat setiap tahun.
Pengembangan tanaman pisang di Bali sedikitnya menjangkau lahan seluas 200 hektar tersebar di delapan kabupaten di Bali, ujar Narayana.
sumber : kapanlagi.com

Apa kabar UU Perbankan syariah?

Diposting oleh: Runa Inawan pada 20 October 2004 | 10/20/2004 01:15:00 PM

Kurun waktu lima tahun ini, perkembangan industri perbankan syariah tak terbantahkan telah menunjukkan hasil yang di luar ekspektasi sebelumnya.
Lahirnya Bank Muamalat Indonesia di tahun 1992 serta kehadiran Bank IFI yang mengkonversi diri serta Bank Syariah Mandiri di enam tahun kemudian ternyata belum cukup bagi dahaga layanan syariah.
Kenyataan ini ternyata masuk dalam pemikiran regulator perbankan di Indonesia bahwa bank yang berkarakter berbeda, dengan mengandalkan prinsip bagi hasil dan non bunga ini cukup layak ditumbuh-kembangkan.
Belum lagi ditambah hasil riset bahwa terdapat segmen masyarakat yang belum terjamah layanan perbankan syariah akibat ketidaksesuaian dengan layanan bank konvensional.
Puncaknya ketika tahun lalu keluar fatwa MUI tentang haramnya riba, maka bank-bank konvensional mulai berlomba-lomba membuka unit syariah menangkap bisnis yang semakin cerah ini.
Melihat hal ini, Asosiasi Bank Syariah Se-Indonesia (Asbisindo) mulai mendesak agar dilakukan percepatan pengaturan bank syariah dalam undang-undang tersendiri menyusul perkembangan aset dan usaha syariah yang semakin progresif.
Sudah saatnya, pemerintah dan Bank Indonesia tidak lagi bersikap kuratif dan reaktif dalam menyiapkan perangkat peraturan dan sarana kelembagaan, termasuk sistem penunjangnya.
Apa memang ketentuan bank syariah yang selama ini telah dikeluarkan BI dirasa kurang memadai?
Sebenarnya Bank Indonesia telah mengatur tentang perbankan syariah ini sejak UU No.7/1992 tentang Perbankan sebagaimana yang diubah dengan UU No.10/1998.
Bank syariah adalah bank umum yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, termasuk unit usaha syariah. Prinsip syariah yang dimaksud di sini mengacu pada Pasal 1 butir 13 UU No.10/1998.
Evolusi pengembangan perbankan syariah yang kondusif dan berkesinambungan dimulai pada UU No.7/1992 dengan pengenalan sistem layanan bagi hasil lalu dilanjutkan dengan pengakuan adanya entitas bank syariah dalam UU No.10/1998.
Kemudian setelah selesainya proses amendemen UU No.23/1999 tentang Bank Indonesia pertengahan Januari 2004 lalu, nampaknya fokus bank sentral ke depan hanya tertuju pada bagaimana mendukung perkembangan perbankan nasional, salah satunya pada pengembangan perbankan syariah.
Selain ditingkatkan status Biro Pengawasan Syariah menjadi Direktorat Perbankan Syariah, BI juga menunjukkan perhatiannya dengan cetak biru pengembangan bank syariah hingga 2011 yang dilengkapi dengan sejumlah regulasi pendukungnya.
Belum cukup
Ternyata semuanya nampaknya belum memuaskan para praktisi bank syariah. Bagi mereka regulasi perbankan nasional saat ini hanya memberi peluang bagi perbankan syariah hanya berperan sebagai bank komersial, belum mencakup peran investment banking maupun merchant banking.
Keinginan dan impian untuk memiliki undang-undang perbankan syariah sendiri bagi pelaku industri tetap dipercaya sebagai suatu keniscayaan untuk menghilangkan sejumlah masalah yang dihadapi mereka.
"Kini banyak praktik syariah seperti konsep aliansi, kerja sama dengan pegadaian atau koperasi. Ini belum ada aturan spesifik dan kami lebih banyak mengandalkan kebijakan internal masing-masing bank," ujar Wahyu Dwi Agung, Ketua Asosiasi Perbankan Syariah Indonesia (Asbisindo).
Lantas dia menilai harus ada langkah percepatan yang signifikan untuk menciptakan sistem peraturan yang dibutuhkan untuk menunjang agar arah bank syariah semakin mantap dan tidak melenceng dari semangat awal.
Namun asa para pelaku industri nampaknya masih perlu menunggu lebih lama setelah BI kemungkinan hanya akan memasukkan sejumlah peraturan yang lebih banyak tentang perbankan syariah dalam amendemen UU Per-bankan.
Deputi Gubernur BI Maulana Ibrahim mengatakan bank sentral akan mengatur tentang perbankan syariah secara lebih komprehensif dalam satu bab tersendiri.
Sementara itu Ketua Pelaksana Harian Dewan Syariah Nasional Ma'ruf Amien mengatakan yang diinginkan oleh praktisi bank syariah adalah undang-undang tersendiri.
Tapi, jika permintaan undang-undang terpisah dianggap terlalu berlebihan menurut tokoh NU ini, amendemen diperlukan agar ada sub pasal yang secara khusus mengatur praktik bank syariah.
Draf amendemen UU No.10/1998 tentang Perbankan sebenarnya telah diserahkan pada DPR lama namun masih terkatung-katung penyelesaiannya.
Jumat, 15/10/2004 13:34 WIB
sumber : bisnis.com

Awas, Curhat pun Bisa jadi Awal Perselingkuhan

Awas, Curhat pun Bisa jadi Awal PerselingkuhanBerbagi cerita dengan rekan kerja memang terkadang menjadi salah satu alternatif untuk mengurangi beban yang terpendam dalam hati. Sharing, curhat, hanyalah sebagai pelampiasan kekesalan yang kadang tidak bisa dengan mudah kita utarakan kepada keluarga, suami atau istri.
Curhat dengan rekan kerja wanita? Hm, bukan hal yang luar biasa, namun efek dari curhatnya yang bisa luar biasa. Berawal dari desah lelah, atau gumam kesal lalu disambut dengan pertanyaan ramah, Kenapa? Kesal yaaa...? Cerita aja biar kamu lega" akan terdengar sebagai sentuhan segar.
Kalau beruntung bisa menemukan teman berbagi yang cocok, bukan tidak jarang berlanjut jadi teman makan siang, lalu makan malam, dan teman bermalam minggu, dst.... Teman curhat yang merupakan lawan jenis, akan membuat Anda terperangkap dalam konsep, soulmate.
Dia akan menjadi pendengar yang baik buat Anda. Apalagi kalau memberikan tanggapan sesuai dengan keinginan Anda. Lalu Anda jatuh suka. Sah-sah aja, asal jangan ada yang menanti dirumah (baca: anak & istri).
Pria-pria yang sudah mantap berpikir, bisa menjaga untuk tidak terjerumus dalam sebuah perselingkuhan secara fisik, tapi apakah perselingkuhan emosi juga bisa dicegah. Ya, memang bukan melulu jadi konsumsi pria, wanitapun mampu demikian. Namun kali inikita membicarakan tentang sisi kaum Adam ok.
Ada pakar psikolog Amerika yang menyatakan bahwa selingkuh harus terdari dari 3 komponen : keintiman emosional yang melebihi perkawinannya, getaran seksual dan kerahasiaan. Atau dengan kata lain, persahabatan menjadi pelampiasan perkawinan bahkan menggeser kedudukan lembaga perkawinan itu sendiri.
Kantor merupakan sumber terbesar dari sebuah emotional infidelity, demikian beberapa pendapat mengatakan. Sekalipun tidak harus mencapai titik dimana seks terlibat didalamnya, tapi bagi merka yang sudah berkeluarga dan terlibat dalam emotional infidelity, sudah merupakan sebuah pergeseran nilai.
Berikut adalah 10 tips untuk menghindari Emotional Infidelity (kalau memang mau menghindar):
1. Urusan kantor cukup diselesaikan dikantor
2. Hindari "copy darat" dengan rekan kerja wanita
3. Bertemulah dalam kelompok jangan "one on one"
4. Cari pilihan kata yang baik untuk mengakhiri sebuah pembicaraan yang bersifat pribadi
5. Jangan membicarakan masalah pribadi diluar jam kantor
6. Jangan berbagi perasaan sembrangan
7. Jujurlah pada diri sendiri
8. Hindari sentuhan fisik dengan rekan wanita Anda,
9. Jangan mabuk saat bersama rekan wanita ( diluar jam kantor of course !)
10. Tunjukkan komitmen kepada pasangan, setiap hari !
Dan yang terakhir, cara paling ampuh adalah mengenali diri anda sendiri, apa yang anda inginkan dan selalu bersyukurkan atas apa yang anda miliki.

Krisis Air di Pulau Jawa

DALAM "Diskusi Teknik Kehutanan" akhir tahun lalu di Jakarta, Badan Planologi Departemen Kehutanan mengeluarkan data luas hutan Pulau Jawa yang cukup mengerikan. Luas kawasan yang masih berhutan atau lahan yang masih ditutup pepohonan di Jawa tahun 1999/2000 hanya empat persen. Kawasan itu sebagian besar merupakan wilayah tangkapan air pada daerah aliran sungai (DAS). Data ini memang bersifat indikatif, tetapi diambil dari interpretasi citra satelit.
APABILA melihat distribusi hujan yang tidak merata sepanjang tahun di Jawa, di mana 80 persen hujan jatuh di musim penghujan dan sisanya 20 di musim kemarau-dengan kondisi DAS yang sudah tidak mampu lagi menahan dan menyimpan air-dipastikan potensi yang 80 persen itu akan terbuang percuma ke laut tanpa sempat dimanfaatkan. Malah hujan tersebut kerap kali menyebabkan terjadinya banjir yang dirasakan semakin intensif dan signifikan, sementara kebutuhan air di musim kemarau tidak lagi dapat dipenuhi.
Kondisi hutan selalu dikaitkan dengan bencana alam, banjir, dan longsor. Karena itu, luas hutan ideal untuk mendukung keseimbangan ekosistem-seperti yang tercantum dalam Undang-Undang (UU) Nomor 41 tentang Kehutanan-minimal harus 30 persen dari luas wilayah. Luasan hutan itu dimaksudkan untuk menjamin ketersediaan sumber daya air bagi kehidupan. Malah Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat menargetkan luas kawasan hutan di wilayahnya minimal harus 45 persen dari luas wilayah.
Ini mengingat topografi wilayah Jawa Barat yang berbukit dan bergunung-gunung harus dipertahankan hutannya untuk menopang ketersediaan air, baik bagi pertanian, air minum masyarakat, maupun pembangkit tenaga listrik di Waduk Saguling, Cirata, dan Jatiluhur. Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang digerakkan turbin air di ketiga waduk itu merupakan pemasok listrik pada interkoneksi Jawa-Bali. Ketiga waduk ini menampung air dari Sungai Citarum yang kawasan DAS-nya sudah rusak parah.
Sementara itu, Balai Pemantapan Kawasan Hutan Jawa-Madura menggambarkan, kawasan hutan Jawa yang seluas 3.289.131 hektar saat ini keadaannya benar-benar menyedihkan. Sebagai gambaran umum, luas lahan kritis di dalam kawasan hutan Pulau Jawa yang memerlukan rehabilitasi tercatat 1,714 juta hektar atau mencapai 56,7 persen dari luas seluruh hutan yang ada. Itu terdiri atas hutan lindung dan konservasi yang rusak seluas 567.315 hektar serta hutan produksi tak berpohonan seluas 1.147.116 hektar.
Kondisi tersebut diperparah oleh meluasnya lahan kritis di luar kawasan hutan yang telah mencapai 9,016 juta hektar sehingga total lahan yang perlu direhabilitasi mencapai 10,731 juta hektar atau 84,16 persen dari luas seluruh daratan Pulau Jawa.
Pulau Jawa yang luasnya hanya tujuh persen dari seluruh luas daratan Indonesia disesaki oleh 65 persen penduduk Indonesia atau sekitar 125 juta jiwa. Sementara dari sudut potensi air hanyalah 4,5 persen dari total potensi air di Indonesia sehingga menimbulkan benturan kepentingan (conflict of interest). "Melihat kondisi Jawa seperti ini, dipandang dari segi pengembangan sumber daya air, sudah termasuk kategori kritis," ungkap Direktur Jenderal (Dirjen) Sumber Daya Air (SDA) Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Roestam Sjarief.
Menurut Badan Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP), kebutuhan air dunia meningkat dua sampai tiga persen per tahun, sedangkan ketersediaan air senantiasa tetap, bahkan cenderung menurun, terutama apabila ditinjau dari segi kualitas. Di Indonesia diperkirakan total kebutuhan air akan meningkat lebih dari 200 persen pada kurun waktu 1990-2020. Dengan kebutuhan yang ada sekarang pun, beberapa sungai di Pulau Jawa pada musim kemarau sudah tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan tersebut.
Dengan cepatnya perkembangan pusat-pusat pertumbuhan di kawasan pantai utara Jawa, kebutuhan air meningkat tajam. Namun, perkembangan itu tidak sebanding lagi dengan peningkatan upaya penyediaannya atau bahkan melebihi potensi sumber daya air yang ada. Ini menyebabkan terjadinya defisit air. Terbatasnya tempat- tempat penampungan air serta semakin parahnya kondisi lingkungan dan DAS, menyebabkan terakumulasinya kompleksitas permasalahan yang dihadapi.
Melihat fakta ini, dikhawatirkan pemenuhan kebutuhan air yang memadai bagi masyarakat akan semakin jauh dari jangkauan. Karena itu, perlu dipikirkan dan dicermati bersama upaya-upaya pengembangan sumber daya air yang lebih efektif dan mampu menjawab tantangan di atas. Ini mengingat tekanan akibat pertumbuhan penduduk menyebabkan kecenderungan terjadinya perubahan kondisi daerah hulu sungai serta kerusakan hutan penutup catchment area, yang sebetulnya perlu dijaga guna menjamin tersedianya dan terjamin meratanya keberadaan air sepanjang tahun.
DIRJEN SDA menjelaskan, upaya pengembangan wilayah sungai dalam rangka mengembangkan dan mendayagunakan sumber daya air sekaligus pengelolaan dan konservasi sumber daya air telah dikembangkan di berbagai wilayah sungai di Jawa. Baik yang bersifat single basin maupun multiriver basin, yang semuanya diarahkan agar dapat mengatasi permasalahan air yang ada. Contohnya pengembangan wilayah Sungai Citarum, Ciliwung-Cisadane, Cimanuk-Cisanggarung, Citanduy-Ciwulan, Serayu-Bogowonto, Jratunseluna, dan pengembangan wilayah Sungai Brantas.
Masalahnya, hanya sebagian atau kurang dari 15 persen prasarana pengairan yang mampu menjamin tersedianya air hampir sepanjang tahun, melalui waduk dan reservoir yang ada. Selebihnya seperti bangunan- bangunan bendung pengambilan air bersifat run off river yang mengandalkan sepenuhnya pada fluktuasi air di sungai apabila terjadi kekeringan bangunan ini tidak mampu mengatasinya.
Merunut permasalahan yang dihadapi di Pulau Jawa serta melihat tingkat kekritisan potensi sumber daya air dan penggunaannya, konsep bagaimana menampung air pada saat kelebihan di musim hujan serta mengatur dan memanfaatkan air saat kemarau menjadi sangat relevan.
Roestam Sjarief berpendapat, melihat potensi sumber daya air di wilayah barat Pulau Jawa yang relatif lebih basah dan lebih besar dibanding wilayah tengah dan timur Jawa, adanya gagasan membawa dan mentransfer air dari barat ke timur bukanlah merupakan hal yang tidak mungkin.
Dalam kaitan ini ada baiknya melihat kembali gagasan seorang ahli pengairan, Prof DR Ir Van Blommestein, yang mencoba mengembangkan konsep penataan sumber daya air bagi kesejahteraan umat manusia.
Ketika menyampaikan gagasannya pada pertemuan tahunan persatuan insinyur-Koninklijk Instituut van Ingenieurs-di Batavia tanggal 18 Desember 1948, Van Blommestein menjelaskan konsep penataan air dengan pemikiran sederhana. Di musim hujan kelebihan air ditampung dan disimpan untuk dimanfaatkan pada musim kemarau. Pengendalian air semacam ini tidak hanya dapat mengamankan produksi pangan sepanjang tahun, tetapi akan dapat pula menghindari kerusakan dan kerugian karena banjir, khususnya di wilayah pantai utara Pulau Jawa.
Selain itu, melalui pengembangan konsep ini akan dapat pula diperoleh sumber pembangkit tenaga listrik serta dapat pula diwujudkan sarana transportasi melalui alur air yang murah bagi produk-produk pertanian. Pada waktu itu, gagasannya masih terfokus pada penanganan Pulau Jawa bagian barat.
Gagasan awal Van Blommestein adalah untuk pengendalian air perlu dibangun waduk-waduk besar sebagai tempat menyimpan dan mengatur ketersediaan air. Inti dari rencana van Blommestein untuk Pulau Jawa bagian barat adalah pembuatan dua waduk besar di kali Citarum dengan kapasitas total lebih dari 4 miliar meter kubik. Waduk ini akan mampu menjamin kelangsungan pengelolaan daerah pengairan di bagian utara Pulau Jawa bagian barat, sambung-menyambung dari wilayah Serang hingga Pemalang seluas 517.240 hektar. Selain itu, waduk tersebut menyediakan pasokan air ke Kota Batavia bagi penggelontoran saluran di kota sepanjang tahun serta menyediakan tambahan air minum dan penyediaan tenaga listrik guna mendukung pengembangan kawasan industri di Batavia, Cirebon, dan Tegal.
Selanjutnya, dengan membuat saluran-saluran utama dari sistem pengairan ini cukup besar yang mampu dimanfaatkan untuk pelayaran perahu, akan diperoleh sarana transportasi air sepanjang 385 kilometer di wilayah barat. Sementara itu, dengan memanfaatkan keberadaan saluran panjang tersebut (parit raya), pengembangan wilayah dari Serang hingga Pemalang airnya akan dipasok dari 15 sungai, mulai dari kali Sungai Ciujung di ujung barat hingga Kali Rambut dekat Kota Pemalang di ujung timur beserta waduk di kali Citarum, waduk Darma di kali Cisanggarung, dan waduk Malahayu di kali Kabuyutan.
"Wilayah pengairan itu akan dibagi dalam tujuh rayon. Tiap rayon didukung oleh sekelompok sungai-sungai, dengan sistem tata air "terusan panjang" yang akan diatur dengan pembuatan pintu-pintu pengatur tinggi muka air yang dapat pula melewatkan perahu," papar Roestam Sjarief.
Gagasan Van Blommestein sebagian telah terwujud dengan dibangunnya Waduk Jatiluhur, Saguling, dan Cirata di Sungai Citarum, Waduk Cacaban di Tegal, serta saluran sepanjang pantura Jawa Barat yang melintang melewati berbagai sungai. Sebenarnya pengembangan saluran panjang ini telah pula dilakukan pada zaman Gubernur Jenderal Daendels di tahun 1800-an, dengan pembangunan saluran pelayaran-Prauwvaar Kanaal-yang menghubungkan Semarang, Demak, terus ke Kudus untuk kepentingan pelayaran dan saluran pembawa air irigasi yang digabungkan dengan saluran induk irigasi Sedadi.
TAHUN 1964 Blommestein mengembangkan gagasannya yang tertuang di dalam rencana pengembangan bagi Pulau Jawa bagian barat menjadi "Pengembangan Sumber Daya Air di Pulau Jawa dan Madura". Di dalam rencana ini, sumber daya air dikembangkan dengan menggabungkan sungai-sungai besar di Pulau Jawa dalam satu kesatuan sistem pengembangan agar senantiasa tersedia air bagi berbagai keperluan, seperti air baku untuk air minum dan untuk industri, pengairan irigasi dan perikanan darat, transportasi air, serta untuk pengembangan pariwisata.
Dasarnya pemikirannya, bagi pengairan dan pengendalian banjir, tidak ada sungai yang secara tunggal dapat diandalkan karena sifat ekstremitas curah hujan di Pulau Jawa yang ditunjukkan dengan musim hujan yang sangat basah dan sebaliknya musim kemarau yang amat kering. Hubungan antarsungai dipandang sangat penting untuk meratakan efek ekstremitas pola hidrologis itu.
Dengan sumber hujan yang berlebih di bagian barat dibanding wilayah lainnya, dapat membantu mengatasi masalah air di bagian timur melalui kanal-kanal penghubung (dapat pula disebut sebagai Parit Raya). Di bagian barat dengan potensi sumber air yang besar dan topografi yang mendukung, dimungkinkan dibangun waduk-waduk besar.
Adapun inti gagasan pengembangan sumber daya air di Pulau Jawa dan Madura di atas adalah dibangunnya suatu kanal panjang (parit raya) dari Waduk Jatiluhur ke timur dengan alternatif. Pertama, kanal dari Waduk Jatiluhur sampai dekat kota Tuban di Jawa Timur diharapkan air dapat mengalir secara gravitasi.
Kedua, kanal dibuat dari Waduk Jatiluhur sampai Sungai Garang di Semarang bagian barat. Pada poin lokasi ini ketinggian air yang tinggal lebih kurang 15 meter di atas permukaan laut (dpl) dipompa sampai ketinggian lebih dari 75 meter dpl, dan melalui saluran buatan dialirkan ke sungai Serang, Sungai Uter, dan Sungai Kedungdowo, kemudian dialirkan ke Sungai Bengawan Solo. Selanjutnya di selatan Kota Tuban dibuat terusan lagi ke selatan Kota Surabaya dan dialirkan ke Pulau Madura melalui polder di Selat Madura.
Menurut Dirjen SDA, gagasan Blommestein pada dasarnya menampilkan peranan suatu terusan transversal dan menggabungkannya dengan pengembangan waduk-waduk penampung air, sebagai syarat utama memeratakan potensi sumber daya air. Ini sekaligus berperan bagi pengendalian banjir dengan membuka peluang meringankan beban banjir pada suatu sungai dan mengalihkan sebagian arus banjir ke sungai lain. Namun, dengan perkembangan kondisi yang terjadi di Pulau Jawa, gagasan cerdas ini belum dapat terwujud.
Seandainya telah ada transversal atau parit raya Serang- Semarang, upaya pengendalian banjir di seluruh pantai utara Pulau Jawa bagian barat dan tengah dapat dilaksanakan secara terpadu. Ini termasuk dukungan terhadap keberlanjutan pengelolaan dan pengembangan lahan-lahan pertanian produktif di sepanjang pantura.Gagasan Blommestein sebagai salah satu pemikiran cemerlang pengelolaan sumber daya air secara komprehensif dan terpadu dapat memberikan motivasi bagi kita dalam menerapkan kebijakan pengembangan dan pengelolaan sumber daya air ke depan. Khususnya dalam mengatasi krisis air yang semakin berat dan komplek.
sumber : www.kompas.com

Menristek: Sumber Air Tawar Dunia Kurang dari 3%

Menristek Hatta Radjasa mengatakan, sesuai hasil penelitian, besarnya kandungan sumber daya air tawar di dunia diperkirakan saat ini kurang dari tiga persen dari kandungan air yang ada di bumi.
"Karena itu, pengelolaan penyediaan dan pemanfaatan air perlu dilakukan secara optimal, arif dan bijaksana," ujar Menristek, dalam sambutannya pada peresmian dimulainya pembangunan Proyek Mikrohidro Sungai Bawah Tanah Bribin, di Bulak Sindon, Desa Dadapayu, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi DI Yogyakarta.
Ia mengingatkan, air memiliki arti sangat strategis dalam mendukung kualitas sumber daya manusia dan lingkungan.
Dan sesuai pendapat para ahli dari UNESCO, kata menristek, bahwa air merupakan sumber daya alam satu-satunya yang secara langsung menyentuh semua aspek kehidupan, mulai dari pertanian, industri, sosial, budaya dan agama.
"Maka, kita wajib bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia sumber daya air tawar di daerah ini, walaupun harus mengambilnya dari sungai bawah tanah," sambungnya.
Terkait dengan hal tersebut, menurut Hatta Radjasa, kelembagaan sistem nasional Iptek yang terlibat langsung dalam manajemen sumberdaya air sistem sungai bawah tanah di Bribin, Kabupaten Gunungkidul, dalam pelaksanaannya melibatkan Universitas Karlsruhe Jerman, Kementerian Riset dan Teknologi, Departemen Kimpraswil, Batan (Badan Tenaga Atom Nasional), Pemda D.I.Yogyakarta, Pemkab Gunungkidul, Universitas Gadjah Mada dan Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, yang secara bersama-sama dan sinergis membangun kelangsungan serta kesinambungan proyek itu.
"Termasuk pula dalam hal ini adalah alih pengetahuan dan teknologi," sambungnya.
Peresmian dimulainya pembangunan proyek yang merupakan hibah dari Pemerintah Jerman senilai Rp70 miliar itu, ditandai dengan pemecahan "kendi" berisi air oleh Menristek Hatta Radjasa, yang dibenturkan pada mesin pengebor air.
Hibah senilai itu termasuk pengadaan mesin pengebor, sarana dan prasarana penunjang lainnya, serta alih teknologi.
Dari proyek tersebut, air sungai bawah tanah yang disedot untuk berbagai keperluan diharapkan debitnya rata-rata 80 liter per detik.Disamping untuk irigasi pertanian dan pemenuhan kebutuhan air sehari-hari bagi warga masyarakat, proyek itu juga akan menjadi Laboratorium Goa Bawah Tanah, serta penyediaan energi dengan memanfaatkan beda tinggi permukaan air sungai bawah tanah di Bribin.


Previous 67891011121314 Next

Manejemen

 
Navigasi: Kembali Ke Atas | P2 Biologi-LIPI | LIPI
Copyright © 2004. inawan berbagi - All Rights Reserved
Design by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger