`
Home » » Mengapa Anak Buah Tidak Respek Kepada Atasan?

Mengapa Anak Buah Tidak Respek Kepada Atasan?

Diposting oleh: Runa Inawan pada 28 May 2012 | 4:26 PM

www.czudaipur.com


Tulisan di bawah ini merupakan artikel yang ditulis oleh seorang trainner Natural Intelligence (NatIn™).
Tulisan berliau selalu menginspirasi dan artikel ini menurut saya laya untuk saya share dengan Anda, semoga bermanfaat dan menginspirasi kita semua. Karena fenomena seorang anak buah tidak respek terhadap atasannya sering terjadi di lingkungan kerja kita, tentunya dengan berbagai alasannnya. 
Catatan Kepala:Seorang pemimpin memang harus pandai mendelegasikan tugas dan pekerjaan. Namun, soal sikap dan perilaku; tidak bisa didelegasikan kepada siapapun.”
Setiap pemimpin layak untuk dihormati. Makanya, setiap pemimpin selalu menginginkan orang-orang yang dipimpinnya menghormati dirinya. Tetapi kita bisa melihat fenomena tentang betapa banyaknya bawahan yang tidak menaruh respek kepada atasannya. Memang ada banyak alasan bagi bawahan untuk tidak menunjukkan respek kepada atasannya. Mungkin ada yang iri. Mungkin ada yang merasa lebih berhak mendapatkan posisi itu. Mungkin juga ada merasa dirinya lebih hebat dari atasannya. Lalu kita mengatakan bahwa orang-orang itulah yang menjadi sumber masalahnya.
Ada sekelompok orang yang divonis sebagai para karyawan pesakitan. Setiap leader yang ditugaskan untuk memimpin team itu selalu terpental. Managemen pun merasa sudah melakukan hal yang maksimal. Lalu seseorang ditugaskan untuk memimpin ‘para pesakitan’ itu dengan harapan orang-orang itu pada akhirnya akan mengundurkan diri. Hasilnya? Mereka justru berubah menjadi team yang paling solid. Ketika sang pemimpin ditanya tentang rahasia keberhasilannya. Beliau menjawab; “Saya menghormati mereka.”
Lantas, bagaimana rasa hormat kepada bawahan itu beliau terapkan? Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar menerapkan prinsip menghormati bawahan sampai ditahap implementasi, saya ajak memulainya dengan menerapkan 5 prinsip Natural Intelligence (NatIn™), berikut ini:
1.      Periksa sikap dan perilaku kita sendiri. Rendahnya rasa hormat bawahan kepada atasan sering sekali timbul karena bawahan tidak melihat sikap dan perilaku yang patut dari atasan itu sendiri. Beda dengan pekerjaan. Soal sikap dan perilaku ini; tidak bisa didelegasikan kepada siapapun. Kita bisa mendelegaskan pekerjaan apapun. Tapi tidak dengan sikap dan perilaku yang baik. Kita harus melakukannya sendiri. Itulah yang kita sebut sebagai keteladanan, bukan? Jika sebagai atasan kita tidak bisa menunjukkan sikap dan perilaku yang patut, maka mengapa orang-orang yang kita pimpin harus bersikap dan berperilaku yang patut? Jadi jika kita menginginkan anak buah respek dan mau mendengar kita, maka kita perlu memastikan bahwa pun kita sudah terlebih dahulu memiliki sikap dan perilaku yang baik itu.
2.      Periksa apakah kita respek pada atasan kita sendiri. Disamping menjadi atasan bagi anak buah, kita juga adalah bawahan bagi atasan kita. Penting untuk memeriksa apakah kita respek pada atasan kita sendiri. Agak aneh jika kita mengharapkan anak buah kita respek kepada kita, namun pada saat yang bersamaan kita tidak mau respek kepada atasan kita. Mungkin Anda mempunyai alasan khusus (justifikasi), sehingga Anda tidak menganggap perlu menunjukkan respek kepada atasan Anda. Jika demikian, maka wajar kalau bawahan Anda pun mempunyai justifikasi alias pembenaran untuk tidak respek kepada Anda. Atasan Anda mungkin bukanlah orang yang sempurna. Sama seperti tidak sempurnanya Anda. Namun Anda butuh untuk menunjukkan respek kepada atasan yang tidak sempurna itu. Sama seperti halnya Anda butuh anak buah Anda respek kepada Anda.
3.      Periksa apakah kita mengembalikan setiap pujian. Salah satu hal yang menyakitkan bagi seorang bawahan adalah ketika atasannya mendapatkan semua pujian atau kredit atas pekerjaan yang dilakukannya. Padahal, sang atasan tidak mengerjakannya sendiri. Namun, diatas panggung hanya namanya yang disebut-sebut sebagai orang yang paling berjasa. Fenomena seperti ini sudah sering terjadi. Padahal, boleh jadi sang atasan tidak bermaksud demikian. Makanya, penting untuk belajar mengembalikan semua pujian itu kepada orang-orang yang kita pimpin. Agar mereka tahu, betapa sebagai pemimpin kita mengakui kontribusi besar mereka kepada keberhasilan kepemimpinan kita. Dan mereka pun tahu, jika hasil dari setiap kerja kerasnya akan kembali kepada mereka sendiri juga. Sekedar disebut namanya di forum pun  ternyata sangat besar pengaruhnya bagi mereka.
4.      Periksa apakah setiap perkataan kita benar. Respek sering juga berkaitan dengan kepercayaan kita kepada seseorang. Sedangkan kepercayaan itu dibangun dari kebenaran kata-kata yang diucapkan oleh orang itu. Kepada orang yang suka ‘bluffing’, kita hanya respek sebentar. Setelah tahu tentang hobinya mengumbar omong besar, kita tidak lagi punya selera untuk percaya kepadanya. Begitu pula halnya dengan orang-orang yang pernah berbohong kepada kita. Sulit untuk mempercayainya, bukan? Kita menyebutnya trust. Dan kita tahu, bahwa tidak ada kepemimpinan tanpa trust. Maka, setiap pemimpin harus mampu membangun trust itu, melalui kebenaran kata-kata yang diucapkannya. Karena kata-kata itu menentukan kepercayaan. Dan dengan kepercayaan itulah seorang atasan yang memastikan kebenaran kata-katanya mendapatkan respek dari bawahan.
5.      Periksa apakah janji kita ditunaikan. Janji bisa menjadi sarana yang sangat memotivasi. Seseorang bisa bekerja habis-habisan setelah dijanjikan sesuatu. Namun, janji memiliki toleransi yang rendah sekali. Artinya, orang jarang yang mau mentolelir janji yang diingkari. Sekali saja seseorang ingkar janji; maka orang itu bisa kehilangan kepercayaan untuk selama-lamanya. Bahkan dalam kitab suci Tuhan berfirman; “Penuhilah janji-janjimu.” Hal itu menunjukkan betapa janji itu bukan sekedar kata-kata biasa. Kepada orang yang memegang teguh dan menunaikan janjinya, kita menaruh rasa hormat yang tinggi. Sedangkan kepada orang yang gemar mengumbar janji-janji kosong, kita tidak memiliki respek sama sekali. Periksalah. Apakah Anda sudah menunaikan semua hal yang Anda janjikan kepada anak buah Anda? Jika belum. Tunjukkanlah komitmen untuk menunaikannya.
Sikap dan perilaku bawahan merupakan cerminan dari sikap dan perilaku atasannya sendiri. Jika atasan memperlakukan mereka dengan rasa hormat, maka mereka pun akan menunjukkan rasa hormat yang tidak kalah tingginya kepada atasannya. Maka salah satu cara terbaik untuk menumbuhkan sikap hormat bawahan adalah dengan mengasah dan memperbaiki sikap dan perilaku kita saat memimpin mereka. Sehingga ketika tiba saatnya untuk mempertanggungjawabkan amanah kepemimpinan itu, kita boleh mengatakan; “Tuhan, sudah kutunaikan seluruh kewajibanku sebagai pemimpin. Maka ampunilah setiap kesalahanku selama memimpin mereka. Dan tidak kuharapkan imbalan atas setiap kebaikan yang telah kulakukan, selain pahala dan kebaikan dari sisiMu,….” Dengan begitu. Tunailah. Tugas kepemimpinan kita. Secara sempurna.
Artikel ini ditulis oleh Dadang Kadarusman – 28 Mei 2012, yang saya dapatkan dari millis TheProfec@yahoogroups.com 
 
Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, kedatangan Anda kami tunggu kembali.
Share this article :

Post a Comment

Silahkan Anda memberikan komentar secara bijak. Jika Anda menyertakan link hidup, otomatis akan terhapus dari kotak komentar. Terima kasih atas kunjungan Anda.

 
Navigasi: Kembali Ke Atas | P2 Biologi-LIPI | LIPI
Copyright © 2004. inawan berbagi - All Rights Reserved
Design by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger