![]() |
Tulisan di bawah ini merupakan artikel yang ditulis oleh seorang trainner Natural Intelligence (NatIn™).
Tulisan berliau selalu menginspirasi dan artikel ini menurut saya laya untuk saya share dengan Anda, semoga bermanfaat dan menginspirasi kita semua. Karena fenomena seorang anak buah tidak respek terhadap atasannya sering terjadi di lingkungan kerja kita, tentunya dengan berbagai alasannnya.
Catatan Kepala: ”Seorang
pemimpin memang harus pandai mendelegasikan tugas dan pekerjaan. Namun,
soal sikap dan perilaku; tidak bisa didelegasikan kepada siapapun.”
Setiap pemimpin layak
untuk dihormati. Makanya, setiap pemimpin selalu menginginkan
orang-orang yang dipimpinnya menghormati dirinya. Tetapi kita bisa
melihat fenomena tentang betapa banyaknya bawahan yang tidak menaruh
respek kepada atasannya. Memang ada banyak alasan bagi bawahan untuk
tidak menunjukkan respek kepada atasannya. Mungkin ada yang iri. Mungkin
ada yang merasa lebih berhak mendapatkan posisi itu. Mungkin juga ada
merasa dirinya lebih hebat dari atasannya. Lalu kita mengatakan bahwa
orang-orang itulah yang menjadi sumber masalahnya.
Ada sekelompok orang
yang divonis sebagai para karyawan pesakitan. Setiap leader yang
ditugaskan untuk memimpin team itu selalu terpental. Managemen pun
merasa sudah melakukan hal yang maksimal. Lalu seseorang ditugaskan
untuk memimpin ‘para pesakitan’ itu dengan harapan orang-orang itu pada
akhirnya akan mengundurkan diri. Hasilnya? Mereka justru berubah menjadi
team yang paling solid. Ketika sang pemimpin ditanya tentang rahasia
keberhasilannya. Beliau menjawab; “Saya menghormati mereka.”
Lantas, bagaimana rasa
hormat kepada bawahan itu beliau terapkan? Bagi Anda yang tertarik
menemani saya belajar menerapkan prinsip menghormati bawahan sampai
ditahap implementasi, saya ajak memulainya dengan menerapkan 5 prinsip Natural Intelligence (NatIn™), berikut ini:
1. Periksa sikap dan perilaku kita sendiri.
Rendahnya rasa hormat bawahan kepada atasan sering sekali timbul karena
bawahan tidak melihat sikap dan perilaku yang patut dari atasan itu
sendiri. Beda dengan pekerjaan. Soal sikap dan perilaku ini; tidak
bisa didelegasikan kepada siapapun. Kita bisa mendelegaskan pekerjaan
apapun. Tapi tidak dengan sikap dan perilaku yang baik. Kita harus
melakukannya sendiri. Itulah yang kita sebut sebagai keteladanan, bukan?
Jika sebagai atasan
kita tidak bisa menunjukkan sikap dan perilaku yang patut, maka mengapa
orang-orang yang kita pimpin harus bersikap dan berperilaku yang patut?
Jadi jika kita menginginkan anak buah respek dan mau mendengar kita,
maka kita perlu memastikan bahwa pun kita sudah terlebih dahulu memiliki
sikap dan perilaku yang baik itu.
2. Periksa apakah kita respek pada atasan kita sendiri.
Disamping menjadi atasan bagi anak buah, kita juga adalah bawahan bagi
atasan kita. Penting untuk memeriksa apakah kita respek pada atasan kita
sendiri. Agak aneh jika kita mengharapkan anak buah kita respek kepada
kita, namun pada saat yang bersamaan kita tidak mau respek kepada atasan
kita. Mungkin Anda mempunyai alasan khusus (justifikasi), sehingga Anda
tidak menganggap perlu menunjukkan respek kepada atasan Anda. Jika
demikian, maka wajar kalau bawahan Anda
pun mempunyai justifikasi alias pembenaran untuk tidak respek kepada
Anda. Atasan Anda mungkin bukanlah orang yang sempurna. Sama seperti
tidak sempurnanya Anda. Namun Anda butuh untuk menunjukkan respek kepada
atasan yang tidak sempurna itu. Sama seperti halnya Anda butuh anak
buah Anda respek kepada Anda.
3. Periksa apakah kita mengembalikan setiap pujian.
Salah satu hal yang menyakitkan bagi seorang bawahan adalah ketika
atasannya mendapatkan semua pujian atau kredit atas pekerjaan yang
dilakukannya. Padahal, sang atasan tidak mengerjakannya sendiri. Namun,
diatas panggung hanya namanya yang disebut-sebut sebagai orang yang
paling berjasa. Fenomena seperti ini sudah sering terjadi. Padahal,
boleh jadi sang atasan tidak bermaksud demikian. Makanya, penting untuk
belajar mengembalikan semua pujian itu kepada orang-orang
yang kita pimpin. Agar mereka tahu, betapa sebagai pemimpin kita
mengakui kontribusi besar mereka kepada keberhasilan kepemimpinan kita.
Dan mereka pun tahu, jika hasil dari setiap kerja kerasnya akan kembali
kepada mereka sendiri juga. Sekedar disebut namanya di forum pun ternyata sangat besar pengaruhnya bagi mereka.
4. Periksa apakah setiap perkataan kita benar.
Respek sering juga berkaitan dengan kepercayaan kita kepada seseorang.
Sedangkan kepercayaan itu dibangun dari kebenaran kata-kata yang
diucapkan oleh orang itu. Kepada orang yang suka ‘bluffing’, kita hanya
respek sebentar. Setelah tahu tentang hobinya mengumbar omong besar,
kita tidak lagi punya selera untuk percaya kepadanya. Begitu pula halnya
dengan orang-orang yang pernah berbohong kepada kita. Sulit untuk
mempercayainya, bukan? Kita menyebutnya trust. Dan kita tahu, bahwa
tidak ada kepemimpinan tanpa trust. Maka, setiap pemimpin harus mampu
membangun trust itu, melalui kebenaran kata-kata yang diucapkannya.
Karena kata-kata itu menentukan kepercayaan. Dan dengan kepercayaan
itulah seorang atasan yang memastikan kebenaran kata-katanya mendapatkan
respek dari bawahan.
5. Periksa apakah janji kita ditunaikan.
Janji bisa menjadi sarana yang sangat memotivasi. Seseorang bisa
bekerja habis-habisan setelah dijanjikan sesuatu. Namun, janji memiliki
toleransi yang rendah sekali. Artinya, orang jarang yang mau mentolelir
janji yang diingkari. Sekali saja seseorang ingkar janji; maka orang itu
bisa kehilangan kepercayaan untuk selama-lamanya. Bahkan dalam kitab
suci Tuhan berfirman; “Penuhilah janji-janjimu.” Hal itu menunjukkan
betapa janji itu bukan sekedar kata-kata biasa. Kepada orang yang
memegang teguh dan menunaikan janjinya, kita menaruh rasa hormat yang
tinggi.
Sedangkan kepada orang yang gemar mengumbar janji-janji kosong, kita
tidak memiliki respek sama sekali. Periksalah. Apakah Anda sudah
menunaikan semua hal yang Anda janjikan kepada anak buah Anda? Jika
belum. Tunjukkanlah komitmen untuk menunaikannya.
Sikap dan perilaku
bawahan merupakan cerminan dari sikap dan perilaku atasannya sendiri.
Jika atasan memperlakukan mereka dengan rasa hormat, maka mereka pun
akan menunjukkan rasa hormat yang tidak kalah tingginya kepada
atasannya. Maka salah satu cara terbaik untuk menumbuhkan sikap hormat
bawahan adalah dengan mengasah dan memperbaiki sikap dan perilaku kita
saat memimpin mereka. Sehingga ketika tiba saatnya untuk
mempertanggungjawabkan amanah kepemimpinan itu, kita boleh mengatakan;
“Tuhan, sudah kutunaikan seluruh kewajibanku sebagai pemimpin. Maka
ampunilah setiap kesalahanku selama memimpin mereka. Dan tidak
kuharapkan imbalan atas setiap kebaikan yang telah kulakukan, selain
pahala dan kebaikan dari sisiMu,….” Dengan begitu. Tunailah. Tugas
kepemimpinan kita. Secara sempurna.
Artikel ini ditulis oleh Dadang Kadarusman – 28 Mei 2012, yang saya dapatkan dari millis TheProfec@yahoogroups.com
Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, kedatangan Anda kami tunggu kembali.
Post a Comment
Silahkan Anda memberikan komentar secara bijak. Jika Anda menyertakan link hidup, otomatis akan terhapus dari kotak komentar. Terima kasih atas kunjungan Anda.