Trending Topic
Pengertian Manajemen SDM, Manajemen Keuangan, Manajemen Operasi, Manajemen Pemasaran, dan Manajemen Akuntansi, Manajemen Risiko Peran dan Fungsi Perbankan
Diposting oleh: Runa Inawan pada 29 September 2012 | 9/29/2012 05:03:00 PM
Fungsi Manajemen
|
Fungsi Operasional
|
1. Fungsi Perencanaan 2. Fungsi Pengorganisasian 3. Fungsi Pengarahan 4. Fungsi Pengkoordinasian 5. Fungsi Pengontrolan/Pengawasan | 1. Fungsi Pengadaan 2. Fungsi Pengembangan 3. Fungsi Pemberi Kompensasi 4. Fungsi Integrasi 5. Fungsi Pemeliharaan |
Pemimpin Mencuci Tangan
Diposting oleh: Runa Inawan pada 06 September 2012 | 9/06/2012 09:23:00 PM
“Pemimpin di kampung kami mencuci tangan sebelum makan sate kambing itu.” Tidak ada yang aneh dengan kalimat tersebut, bukan? Coba bandingkan dengan kalimat ini: “Pemimpin dikampung kami cuci tangan atas hilangnya kambing milik tukang sate.” Kalimat kedua ini juga tidak aneh. Hanya saja, pada kalimat pertama kita menggunakan makna sebenarnya dari frase ‘mencuci tangan’, sedangkan pada kalimat kedua kita menggunakan makna kiasan pada frase ‘cuci tangan’. Makna frase pada kalimat pertama mewakili perilaku terpuji seorang pemimpin. Layak dicontoh dan diteladani oleh warganya, baik yang masih anak-anak maupun yang sudah dewasa. Sedangkan makna frase pada kalimat kedua sungguh sangat tidak layak dilakukan seorang pemimpin. Tidak patut ditiru. Dan tidak pantas dijadikan patokan standar moral kepemimpinan.
Di televisi beberapa waktu lalu ada siaran seorang pemimpin birokrasi yang mengkritik kinerja anak buahnya sendiri dihadapan insan pers. Pada waktu yang lain, seorang manager membeberkan fakta-fakta tentang lemahnya kinerja anak buahnya didepan forum meeting evaluasi sales semester ke-1 2012. Kedua kejadian ini merupakan contoh buruk perilaku pemimpin yang gemar cuci tangan atas kekurangan anak buahnya. Jika Anda yang berada di posisi sebagai anak buah, bagaimana rasanya dipimpin orang seperti itu? Nah, supaya kita tidak jadi pemimpin buruk seperti itu, maka kita mesti mewanti-wanti diri sendiri agar tidak meniru perilaku mereka. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar menghindari sikap pemimpin ‘cuci tangan’, saya ajak memulainya dengan memahami dan menerapkan 5 sudut pandang Natural Intelligence (NatIn™), berikut ini:
1. Kinerja anak buah itu tanggungjawab kita. Teori kepemimpinan manapun sama-sama memegang teguh system nilai ini: baik dan buruknya kinerja anak buah adalah tanggungjawab pemimpinnya. Teori saja berkata seperti itu. Apalagi prakteknya. Kenyataannya memang tidak ada seorang pemimpin pun yang bisa berlepas tangan dari kualitas kerja anak buahnya. Kalau ada pemimpin yang menimpakan kesalahan pada anak buahnya, sebenarnya dia sedang menunjukkan bahwa dirinya itu bukanlah pemimpin yang baik bagi anak buahnya. Makanya, untuk menjadi seorang pemimpin yang baik, kita mesti benar-benar memegang teguh prinsip ini. Kitalah yang bertanggungjawab atas baik dan buruknya kinerja anak buah kita. Tanggungjawab itu tidak berarti semua resikonya kita telan sendiri. Melainkan, menjalankan tugas kepemimpinan kita untuk mengembangkan anak buah supaya terhindar dari kesalahan itu, atau bisa memperbaikinya agar tidak terjadi lagi di kemudian hari.
2. Lari dari tanggungjawab itu tanda tidak ksatria. Tahukah Anda apa kebalikan dari kata ‘kstaria’? Sejauh yang saya tahu sih; ‘pengecut’. Mungkin saya keliru. Tetapi, tentu kita sepakat bahwa seorang pemimpin itu mestinya memiliki jiwa kstaria. Berdasarkan kaidah ilmu kepemimpinan tadi, kita menyadari bahwa; menimpakan kegagalan kinerja sebagai kesalahan anak buah kita adalah salah satu bentuk lari dari tanggungjawab kepemimpinan kita. Oleh karenanya, itu bukan sikap ksatria. Bukan berarti kita tidak pantas jadi pemimpin, melainkan; kita, mesti menghindari kebiasaan cuci tangan seperti itu. Artinya, kita mesti belajar bertanggungjawab terhadap baik dan buruknya kinerja anak buah kita. Karena itu adalah ciri bahwa kita memiliki jiwa ksatria, sehingga kita layak untuk menjadi pemimpin bagi mereka.
3. Mengobral kekurangan bawahan itu membuka aib sendiri. Bukan satu atau dua kali saja kita melihat contoh pemimpin yang gemar bicara tentang kelemahan anak buahnya. Baik di media televisi, atau dalam rapat-rapat bisnis. Mereka mengira, dengan cara itu bisa menunjukkan bahwa mereka sudah memimpin dengan baik. Padahal, logika sederhana pun percaya bahwa; jika mereka sudah memimpin dengan baik, maka kesalahan anak buah seperti itu tentu bisa diminimalisir. Oleh karenanya, kita tidak pernah kekurangan contoh nyata atas perilaku yang perlu kita hindari sebagai seorang pemimpin. Mereka adalah contoh buruk yang bagus dijadikan pelajaran. Coba ingat kembali; apa pendapat Anda tentang pemimpin yang suka mengobral kekurangan bawahannya? Negatif, bukan? Maka begitu pula penilaian orang lain kepada kita, jika kita melakukan hal yang sama. Maka hindarilah mengobral kekurangan bawahan, karena itu hanya akan semakin membuka aib diri kita sendiri.
4. Forum umum itu untuk pertanggungjawaban umum. Ada kalanya sebagai seorang pemimpin kita memang dituntut untuk bicara di forum umum. Dalam rapat eksekutif. Dalam Business Review Meeting. Dalam konferensi pers. Setiap kali berada dalam forum umum itu, penting untuk selalu mengingat bahwa forum umum itu tidak diperuntukan bagi pemimpin yang ingin ‘pamer kebersihan diri’. Forum umum adalah tempat dimana kita sebagai pemimpin menjelaskan ‘hasil’ atau ‘dampak’ dari pola kepemimpinan yang kita terapkan. Artinya, itu adalah forum untuk melaporkan kinerja kita. Bukan untuk menelanjangi anak buah kita. Kalau pun ada anak buah yang kurang bagus, di forum itu mesti kita tunjukkan bahwa; kitalah yang paling bertanggungjawab untuk memperbaikinya. Makanya, seorang pemimpin itu pantang mengkritik anak buahnya di forum umum. Karena jika itu dilakukan, malah terlihat sekali jika sebagai pemimpin dia tidak menjalankan fungsinya.
5. Mengoreksi anak buah itu ada forumnya tersendiri. Semua uraian kita itu sama sekali tidak mengandung arti bahwa setiap kesalahan anak buah mesti kita tutupi. Justru sebaliknya, setiap kesalahan bawahan mesti dikoreksi. Namun, sebagai pemimpin, kita mesti memahami bahwa untuk mengoreksi anak buah itu ada forum yang tepat. Dan itu bukanlah forum umum. Jadi forum seperti apa? Jika hal itu menyangkut kinerja bersama atau ada kaitannya dengan proses koordinasi, maka forum yang tepat adalah yang dihadiri oleh semua anggota kelompok terkait. Misalnya, semua supervisor diteam kita, hadir. Koreksi disitu. Selain bagus untuk proses koordinasi, bagus juga untuk pelajaran bagi orang lain. Tapi, jika hal itu tidak ada kaitannya dengan anggota team yang lain, maka forum yang tepat untuk mengoreksinya adalah pembicaraan 4 mata. Mau Anda sebut coaching, counseling atau apapun; silakan saja. Dengan begitu, kita tidak sembarangan asal njeplak mengoreksi anak buah, hanya karena kita ingin terlihat sebagai boss yang bersih.
Ada contoh menarik yang ditunjukkan oleh Jethro Gibbs, saat anak buahnya gagal menjalankan tugas. Ketika orang-orang mempersalahkan dan menuntut pengunduran diri anak buahnya, Gibbs mengatakan;”Sayalah yang menugaskan dia melakukan pekerjaan itu. Dan sayalah yang paling bertanggungjawab atas hasilnya. Jika Anda ingin menuntut pertanggungjawaban, tujukan pada saya. Bukan pada anak buah saya.” Setelah itu, dikantornya: Gibbs menelisik anak buahnya; “Bagaimana ceritanya kok elo bisa gagal menjalankan tugas itu?” Sedaaap sekali kalau punya atasan seperti itu, ya. Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita berani mengambil tanggungjawab atas hasil dari proses kerja anak buah yang kita pimpin. Dan sudahkan kita mengembangkan mereka sesuai porsi, proporsi, dan situasinya? Ayo, kita tingkatkan lagi kemampuan kepemimpinan kita. Insya Allah, bisa.
Ditulis oleh Dadang Kadarusman: Leadership and Personnel Development Trainer
Memahami Kebutuhan Anak Buah
Diposting oleh: Runa Inawan pada 08 August 2012 | 8/08/2012 10:06:00 PM
Mengapa Anak Buah Tidak Respek Kepada Atasan?
Diposting oleh: Runa Inawan pada 28 May 2012 | 5/28/2012 04:26:00 PM
Definisi-Definisi Manajemen
Diposting oleh: Runa Inawan pada 21 May 2012 | 5/21/2012 03:04:00 PM
- Menurut Griffin, Ricky W. 2004. Manajemen Jilid 1 Edisi 7. Terjemahan. Penerbit Erlangga. Jakarta. Manajemen adalah suatu rangkaian aktivitas (termasuk perencanaan dan pengambilan keputusan, pengorganisasian, kepemimpinan, pengendalian) yang diarahkan pada sumber-sumber daya organisasi (manusia, finansial, fisik, dan informasi) dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien.
- Herujito, Yayat M. 2001. Dasar-dasar Manajemen. Grasindo. Jakarta. Manajemen adalah pengelolaan suatu pekerjaan untuk memperoleh hasil dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan dengan cara menggerakan orang-orang lain untuk bekerja (Yayat M. Herujito). Manajemen (George R. Terry, 1977 dalam Herujito, Yayat M. 2001) adalah suatu proses yang berbeda terdiri dari planning, organizing, actuating, dan controlling yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang ditentukan dengan menggunakan manusia dan sumberdaya lainnya. Louis A. Allen dalam bukunya “The Professional of Management” manajemen adalah suatu jenis pekerjaan khusus yang menghendaki usaha mental dan fisik yang diperlukan untuk mempimpin, merencana, menyusun, mengawasi.
- Hasibuan, Malayu S.P., Drs. 1990. Manajemen: Dasar, Pengertian dan Masalah. Cetakan Kelima. Haji Masagung. Jakarta. Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Menurut Patterson dan E.G. Plowman “Business Organization and Management” (Fifth edition, Homewood), manajemen adalah suatu teknik, maksud dan tujuan dari sekelompok manusia tertentu yang ditetapkan, dijelaskan dan dijalankan. Menurut Ralph Currier Davis dalam bukunya “The Fundamentals of Top Management” (Harper Brother Publisher, New York, Kogakusha Company, Ltd. Tokyo) manajemen adalah fungsi dari pimpinan eksekutif, dimana pun posisinya. Menurut John D. Millet dalam bukunya “Management in The Public Service” manajemen adalah proses pembimbingan dan pemberian fasilitas terhadap pekerjaan-pekerjaan yang terorganisasi dalam kelompok formal untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki. Menurut “Encyclopedia of Social Science“, manajemen adalah sebagai suatu proses pelaksanaan suatu tujuan yang direalisasikan dan diawasi. Menurut Lawrence A. Appley dalam bukunya “Leadership On the Job” manajemen adalah seni pencapaian tujuan yang dilakukan melalui usaha orang lain. Menurut H.R. Light dalam bukunya “The Nature of Management” (Publishing Corporation, Fourth edition, New York, 1974), manajemen adalah kerangka pengetahuan tentang kepemimpinan. Kepemimpinan adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengendalian material, mesin-mesin dan uang untuk mencapai tujuan secara optimal. Menurut Prof. Oey Liang Lee dalam bukunya “Beberapa Aspek dari Personalia Manajemen pada Perusahaan Bumi Putra” (Badan Pembina Administrasi Universitas Gajah Mada), manajemen adalah seni perencanaan, pengorganisasian, dan pengontrolan atas human and natural resources (terutama human resources) untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan lebih dahulu. Menurut Sondang P. Siagian, MPA, Ph.D., dalam bukunya “Administrasi Pembangunan” (PT. Gunung Agung, Jakarta, 1978), manajemen adalah kemampuan dan keterampilan untuk memperoleh sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain.
- Umar, Husein. 2003. Business an Introduction. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Manajemen merupakan suatu proses mengenai perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian dalam organisasi. Menurut James F. Stoner, manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian upaya anggota organisasi dan penggunaan sumberdaya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
- Proses, adalah cara yang sistematis, untuk melakukan sesuatu. Semua manajer, apapun keahlian dan keterampilan mereka, akan terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan organisasi.
- Perencanaan (planning), menunjukan bahwa manajer terlebih dahulu memikirkan tujuan dan juga kegiatannya.
- Pengorganisasian (organizing), berarti bahwa para manajer mengkoordinasikan sumberdaya yang dimiliki perusahaan. Bila pekerjaan makin terpadu dan terkoordinasi, organisasi pun akan makin efektif.
- Penggerakan (actuating), menunjukan bagaimana para manajer mengarahkan dan mempengaruhi bawahannya, menggunakan orang lain untuk melaksanakan tugas tertentu.
- Pengendalian (controlling), berarti para manajer berusaha agar perusahaan bergerak ke arah tujuannya.
- Selanjutnyaorang yang bertanggung jawab dalam proses manajemen disebut manajer.
Sumber gambar: http://tiarasleromania23.student.umm.ac.id